Kamis, 29 Maret 2012

Psikolinguistik


Pengertian Psikolinguistik
Psikolinguistik yaitu suatu disiplin ilmu yang bertujuan mencari satu teori bahasa yang secara linguistik bisa diterima dan secara psikologi dapat menerangkan hakikat bahasa dan pemerolehannya. Dengan kata lain, psikolinguistik mencoba menerangkan hakikat stuktur bahasa, bagaimana struktur ini diperoleh, digunakan pada waktu bertutur, dan pada waktu memahami kalimat-kalimat dalam pertuturan itu.


Tujuan Mempelajari Psikolinguistik
Yaitu untuk membantu menyelesaikan permasalahan kompleks manusia dalam pembelajaran berbahasa, karena selain berkenaan dengan masalah berbahasa, juga berkenaan dengan kegiatan berbahasa. Sedangkan kegiatan berbahasa itu bukan hanya berlangsung secara mekanistik, tapi juga berlangsung secara mentalistik. Artinya, kegiatan berbahasa itu berkaitan juga dengan proses atau kegiatan mental (otak). Oleh karena itu, dalam kaitannya dengan pembelajaran bahasa, studi linguistik perlu dilengkapi dengan studi antardisiplin antara psikologi dan linguistik, yang lazim disebut psikolinguistik.

 
Sejarah Kelahiran Psikolinguistik
Istilah psikolinguistik muncul pada tahun 1954 dalam buku Thomas A. Sebeok dan Charles E. Osgood yang berjudul Psycolinguistics : A Survey of Theory and Research Problems. Namun sebenarnya sejak jaman Panini, ahli tata bahasa dari India, dan Sokrates, ahli filsafat dari Yunani, pengkajian bahasa dan berbahasa telah dilakukan. Tentu saja kajian mereka tidak terlepas dari aliran filsafat yang mereka anut, karena memang filsafat merupakan induk dari semua disiplin ilmu.

Pada awalnya, psikolinguistik bermula dari adanya pakar linguistik yang berminat pada psikologi, dan adanya pakar psikologi yang berkecimpung dalam linguistik. Dilanjutkan dengan adanya kerja sama antara pakar linguistik dan pakar psikologi, dan kemudian muncullah pakar-pakar psikolinguistik sebagai disiplin ilmu.


Posisi Psikolinguistik dalam Kajian Linguistik
Dalam kajian linguistik, Psikolinguistik berperan sebagai ilmu antardisiplin antara psikologi dan linguistik yang mengkaji bahasa dan hakikat bahasa sebagai objek formalnya. Karena berasal dari dua displin yang berbeda; yaitu psikologi dan linguistik, maka objek materialnya pun berbeda. Linguistik mengkaji struktur bahasa, sedangkan psikologi mengkaji perilaku berbahasa atau proses berbahasa.


Pentingnya Psikolinguistik dalam Studi Linguistik
Psikolinguistik berperan penting karena mencoba menerapkan pengetahuan psikologi dan llinguistik pada masalah-masalah seperti pada pengajaran dan pembelajaran bahasa, pengajaran membaca permulaan dan membaca lanjut, kedwibahasaan dan kemultibahasaan, penyakit bertutur kata seperti afasia, gagap, dan lainnya; serta masalah-masalah sosial lain yang menyangkut bahasa, seperti bahasa dan pendidikan, bahasa dan pembangunan nusa dan bangsa.


Tujuh Subdisiplin Psikolinguistik, yaitu:
  1. Psikolinguistik Teoretis
  2. Psikolinguistik Perkembangan
  3. Psikolinguistik Sosial
  4. Psikolinguistik Pendidikan
  5. Psikolinguistik-Neurologi (Neuropsikolinguistik)
  6. Psikolinguistik Eksperimen
  7. Psikolinguistik Terapan


Fokus Kajian Psikolinguistik Pada Fakultas Pendidikan, yaitu:
  1. Psikolinguistik Perkembangan
Subdisiplin ini berkaitan dengan proses pemerolehan berbahasa, baik pemerolehan bahasa pertama maupun pemerolehan bahasa kedua. Subdisiplin ini mengkaji proses pemerolehan fonologi, proses pemerolehan semantik, dan proses pemerolehan sintaksis secara berjenjang, bertahap, dan terpadu.
Pemerolehan bahasa adalah proses yang berlangsung di dalam otak seseorang kanak-kanak ketika dia memperoleh bahasa pertamanya atau bahasa ibunya. Sedangkan pembelajaran bahasa berkaitan dengan proses-proses yang terjadi pada waktu seorang anak mempelajari bahasa kedua, setelah dia memperoleh bahasa pertamanya.

Ada dua proses yang terjadi ketika seorang anak sedang memperoleh bahasa pertamanya, yaitu proses kompetensi dan proses performansi. Kompetensi adalah proses penguasaan tata bahasa yang berlangsung secara tidak disadari. Proses ini menjadi syarat terjadinya proses performansi yang terdiri dari dua proses, yaitu proses pemahaman dan proses penerbitan atau proses menghasilkan kalimat-kalimat. Proses pemahaman melibatkan kemampuan memngamati atau kemampuan mempersepsi kalimat-kalimat yang didengar. Sedangkan penerbitan melibatkan kemampuan mengeluarkan kalimat sendiri. Proses kompetensi ini apabila telah dikuasai anak-anak akan menjadi kemampuan linguistik anak-anak. Jadi, kemampuan linguistik terdiri dari kemampuan memahami dan kemampuan melahirkan kalimat baru yang dalam linguistik transformasi generatif disebut perlakuan, atau pelaksanaan bahasa, atau performansi.

Teori yang berkaitan dengan pemerolehan bahasa, diantaranya:
1.      Hipotesis Nurani
Terdapat dua macam hipotesis nurani, yaitu hipotesis nurani bahasa (merupakan satu asumsi yang menyatakan bahwa sebagian atau semua bagian dari bahasa tidaklah dipelajari atau diperoleh tetapi ditentukan oleh fitur-fitur nurani yang khusus dari organisme manusia) dan hipotesis nurani mekanisme (merupakan satu asumsi yang menyatakan bahwa proses pemerolehan berbahasa oleh manusia ditentukan oleh perkembangan kognitif umum dan mekanisme nurani umum yang berinteraksi dengan pengalaman.
2.      Hipotesis Tabularasa
Tabularasa secara harfiah berarti ’kertas kosong’, dalam arti belum ditulisi apa-apa. Lalu, hipotesis tabularasa ini menyatakan bahwa otak bayi pada waktu dilahirkan sama seperti kertas kosong, yang nanti akan ditulis atau diisi dengan pengalaman-pengalaman.

Menurut Skinner (1957) berbicara merupakan satu respon operan yang dilazimkan kepada suatu stimulus dari dalam atau dari luar, yang sebenarnya tidak jelas diketahui. Untuk menjelaskan hal ini Skinner memperkenalkan sekumpulan kategori respon bahasa yang hampir serupa fungsinya dengan ucapan, yaitu:
a.       Mands
Kata Mands adalah akar dari kata command, demand, dan lain-lain. Satu Mand adalah satu operan bahasa di bawah pengaruh stimulus yang bersifat menyingkirkan, merampas, atau menghabiskan. Di dalam tata bahasa, Mand ini sama dengan kalimat imperatif.
b.      Tacts
Tacts adalah benda atau peristiwa kongkret yang muncul akibat adanya stimulus.
c.       Echoics
Yaitu auatu perilaku berbahasa yang dipengaruhi oleh respons orang lain sebagai stimulus dan kita meniru ucapan itu.
d.      Textuals
Yaitu perilaku berbahasa yang diatur oleh stimulus tertulissedemikian rupa sehingga bentuk perilaku itu mempunyai korelasi dengan bahasa yang tertulis itu.
e.       Intra verbal operant
Yaitu operan berbahasa yang diatur oleh perilaku berbahasa terdahulu yang dilakukan atau dialami penutur.

3.      Hipotesis Kesemestaan Kognitif  
Menurut teori ini, bahasa diperoleh berdasarkan struktur-struktur kognitif deriamotor. Srtuktur ini diperoleh anak-anak melalui interaksi dengan benda-benda atau orang-orang di sekitarnya.

Dewasa ini, seperti juga dalam linguistik, dalam kognitifisme perhatian juga lebih ditujukan pada masalah makna (semantik) serta peranannya dalam pemerolehan bahasa.

Hipotesis kesemestaan kognitif dalam psikologi ini sejalan dengan hipotesis nurani mekanisme dalam linguistik. Perbedaannya terletak pada nama saja karena dikemukakan oleh dua disiplin ilmu yang berbeda yang saling mempengaruhi: hipotesis kesemestaan kognitif oleh psikologi sedangkan hipotesis nurani mekanisme oleh linguistik modern.

  1. Psikollinguistik Pendidikan
Subdisiplin ini mengkaji aspek-aspek pendidikan secara umum dalam pendidikan formal di sekolah. Umpamanya peranan bahasa dalam pengajaran membaca, pengajaran kemahiran berbahasa, dan pengetahuan mengenai peningkatan kemampuan berbahasa dalam proses memperbaiki kemampuan menyampaikan pikiran dan perasaan. 

Ada dua tipe pembelajaran bahasa, yaitu:
1.      Tipe Naturalistik
Bersifat alamiah, tanpa Guru, dan tanpa kesengajaan. Pembelajaran berlangsung di dalam lingkungan kehidupan bermasyarakat.
2.      Tipe Formal
Berlangsung di dalam kelas dengan Guru, materi, dan alat-alat bantu belajar yang sudah disiapkan.

Hipotesis-hipotesis pembelajaran bahasa diantaranya:
a.       Hipotesis Kesamaan antara B1 dan B2
b.      Hipotesis Kontrastif
c.       Hipotesis Krashen

Adapun faktor-faktor penentu dalam pembelajaran Bahasa kedua diantaranya:
a.       Faktor Motivasi
b.      Faktor Usia
c.       Faktor Penyajian Formal
d.      Faktor Bahasa Pertama
e.       Faktor Lingkungan


Pokok Bahasan Psikolinguistik, antara lain:
  1. Apakah sebenarnya bahasa itu? Apakah yang ”dimiliki” oleh seseorang sehingga dia mampu berbahasa? Bahasa itu terdiri dari komponen-komponen apa saja?
  2. Bagaimana bahasa itu lahir dan mengapa dia harus lahir? Di manakah bahasa itu berada atau disimpan?
  3. Bagaimanakah bahasa pertama (bahasa ibu) diperoleh seorang kanak-kanak? Bagaimana perkembangan penguasaan bahasa itu? Bagaimana bahasa kedua itu dipelajari? Bagaimana seseorang bisa menguasai dua, tiga, atau banyak bahasa?
  4. Bagaimana proses penyusunan kalimat atau kalimat-kalimat? Proses apakah yang terjadi di dalam otak waktu berbahasa?
  5. Bagaimanakah bahasa itu tumbuh dan mati? Bagaimana proses terjadinya sebuah dialek? Bagaimana proses berubahnya suatu dialek menjadi sebuah bahasa baru?
  6. Bagaimana hubungan bahasa dengan pemikiran? Bagaimana pengaruh kedwibahasaan atau kemultibahasaan dengan pemikiran dan kecerdasan seseorang?
  7. Mengapa seseorang menderita penyakit atau mendapatkan gangguan berbicara (seperti afasia), dan bagaimana cara menyembuhkannya?
  8. Bagaimana bahasa itu harus diajarkan supaya hasilnya baik? Dan sebagainya.


Manfaat Mempelajari Psikolinguistik Bagi Guru dan atau Calon Guru Bahasa Indonesia
Manfaat yang bisa diambil diantaranya:
  1. Dapat mengetahui sejarah kelahiran dan perkembangan psikolinguistik sebagai suatu disiplin mandiri.
  2. Dapat membantu Guru dalam memahami siswanya yang berbeda dalam hal kecerdasan.
  3. Dapat mengetahui bagaimana bahasa pertama dan bahasa kedua itu diperoleh.
  4. Dapat mengetahui mengapa seseorang bisa menderita penyakit bertutur dan bagaimana cara menyembuhkannya.
  5. Dapat membantu Guru dalam mengajarkan bahasa kedua supaya hasilnya baik.
  6. Dapat mengetahui bagaimana suatu dialek itu tercipta.
  7. Dapat mengetahui bagaimana proses yang terjadi di dalam otak ketika berbahasa.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar